Kayu yang di oven dan kayu yang tidak di oven memiliki beberapa perbedaan penting, terutama dari segi kualitas, ketahanan, dan sifatnya. Berikut adalah perbedaan utama antara keduanya:
1. Kadar Air
– Kayu yang di oven: Kadar air dalam kayu ini telah dikurangi melalui proses oven (pengeringan dengan panas buatan). Biasanya, kadar air kayu yang di oven berkisar antara 8-12%, tergantung pada jenis kayu dan kebutuhan penggunaannya.
– Kayu yang tidak di oven: Kadar airnya lebih tinggi, bisa mencapai 20% atau lebih, tergantung kondisi lingkungan dan cara penyimpanan. Karena tidak melewati proses pengeringan buatan, kadar airnya masih alami.
2. Stabilitas Dimensi
– Kayu yang di oven: Lebih stabil karena kadar airnya sudah rendah. Kayu ini tidak mudah berubah bentuk, melengkung, atau retak saat terkena perubahan suhu atau kelembaban.
– Kayu yang tidak di oven : Rentan berubah bentuk atau mengembang karena masih mengandung kadar air tinggi. Perubahan kondisi lingkungan dapat memengaruhi ukuran dan bentuk kayu yang tidak di oven.
3. Ketahanan terhadap Hama dan Jamur
– Kayu yang di oven: Proses pengeringan dengan oven dapat membunuh serangga atau hama kecil yang ada dalam kayu, sehingga lebih tahan terhadap serangan rayap atau jamur.
– Kayu yang tidak di oven : Lebih rentan terhadap serangan hama dan jamur karena kadar air yang tinggi membuatnya menjadi lingkungan yang mendukung pertumbuhan jamur dan serangga.
4. Kekuatan dan Daya Tahan
– Kayu yang di oven : Umumnya memiliki kekuatan yang lebih baik karena proses pengeringan membuat struktur kayu lebih padat dan kokoh. Kayu ini lebih cocok untuk konstruksi atau mebel yang butuh kekuatan tinggi.
– Kayu yang tidak di oven : Lebih rapuh dan mudah rusak dalam jangka panjang, terutama jika digunakan di area yang lembap.
5. Berat
– Kayu yang di oven: Lebih ringan karena sebagian besar kadar air telah hilang dalam proses pengeringan.
– Kayu yang tidak di oven: Lebih berat karena kadar air masih cukup tinggi.
6. Biaya
– Kayu yang di oven : Umumnya lebih mahal karena ada biaya tambahan untuk proses pengeringan.
– Kayu yang tidak di oven : Lebih murah karena tidak melewati proses pengeringan buatan.
7. Kualitas Hasil Akhir
– Kayu yang di oven : Biasanya memberikan hasil akhir yang lebih baik saat diolah, seperti saat di finishing atau di cat, karena lebih stabil dan tidak mudah menyerap kelembaban dari cat atau pelitur.
– Kayu yang tidak di oven : Hasil akhirnya bisa kurang optimal karena kayu masih memiliki kadar air yang tinggi, sehingga dapat memengaruhi daya serap terhadap cat atau pelitur.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, kayu yang di oven lebih unggul dalam hal kualitas, stabilitas, dan daya tahannya dibandingkan kayu yang tidak di oven. Kayu yang di oven lebih direkomendasikan untuk pembuatan furnitur, konstruksi, dan aplikasi yang memerlukan kualitas dan ketahanan yang tinggi.